Rabu, 02 Juli 2014

SAFINAH TEA

Penulis kitab safinah adalah seorang ulama besar yang sangat terkemuka yaitu Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al hadhrami. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf yang bermadzhab Syafi'i. Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliav juga seorang politikus dan pengamat militer negara¬negara Islam. Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu ke¬agamaan.

Sebagaimana para ulama besar lainnya, Syekh Salim me¬mulai pendidikannya dengan bidang Al-Qur'an di bawah peng¬awasan ayahandanya yang juga merupakan ulama besar, yaitu Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair. Dalam waktu yang singkat Syekh Salim mampu menyelesaikan belajarnya dalam bidang Al-Qur'an tersebut, bahkan beliau meraih basil yang baik dan prestasi yang tinggi. Beliau juga mempelajari bidang¬-bidang lainnya seperti halnya ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Ilmu-ilmu tersebut beliau pelajari dari para ulama besar yang sangat terkemuka pada abad ke-13 H di daerah Hadhramaut, Yaman. Tercatat di antara nama-nama gurunya adalah:
1. Syekh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair
2. Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan
Setelah mendalami berbagai ilmu agama, di hadapan para ulama dan para gurunya yang terkemuka, beliau memulai langkah dakwahnya dengan berprofesi sebagai Syekh Al Qur'an. Di desanya, pagi dan sore, tak henti-hentinya beliau mengajar para santrinya dan karena keikhlasan serta kesa¬barannya, maka beliau berhasil mencetak para ulama ahli Al-Qur'an di zamannya. Beberapa tahun berikutnya para santri semakin bertambah banyak, mereka berdatangan dari luar kota dan daerah-daerah yang jauh sehingga beliau merasa perlu untuk menambah bidang-bidang ilmu yang hendak diajar¬kannya seperti: ilmu bahasa arab, ilmu fiqih, ilmu ushul, ilmu tafsir, ilmu tasawuf, dan ilmu taktik militer Islam. Syekh Salim telah berhasil mencetak para ulama yang terkemuka di zamannya, tercatat di antara mereka adalah:
1. Habib Abdullah bin Toha Al-Haddar Al-Haddad.
2. Syekh Al Faqih Ali bin Umar Baghuzah.
Selain sebagai seorang pendidik yang hebat, Syekh Salim juga seorang pengamat politik Islam yang sangat disegani, beliau banyak memiliki gagasan dan sumbangan pemikiran yang menjembatani persatuan umat Islam dan membangkitkan mereka dari ketertinggalan. Di samping itu beliau juga banyak memberikan dorongan kepada umat Islam agar melawan para penjajah yang ingin merebut daerah-daerah Islam.

Pada suatu ketika Syekh Salim diminta oleh kerajaan Kasiriyyah yang terletak di daerah Yaman agar membeli per¬alatan perang tercanggih pada saat itu, maka beliau berangkat ke Singapura dan India untuk keperluan tersebut. Pekerjaan beliau ini dinilai sangat sukses oleh pihak kerajaan yang kemudian mengangkat beliau sebagai staf ahli dalam bidang militer kerajaan. Dalam masa pengabdiannya kepada umat melalui jalur birokrasi beliau tidak terpengaruh dengan cara¬-cara dan unsur kedholiman yang merajalela di kalangan me¬reka, bahkan beliau banyak memberikan nasehat, kecaman dan kritikan yang konstruktif kepada mereka.

Pada tahun-tahun berikutnya Syekh Salim diangkat men¬jadi penasehat khusus Sultan Abdullah bin Muhsin. Sultan tersebut pada awalnya sangat patuh dan tunduk dengan segala saran, arahan dan nasehat beliau. Namun sayang, pada tahun¬-tahun berikutnya ia tidak lagi menuruti saran dan nasehat beliau, bahkan cenderung meremehkan dan menghina, kon¬disi tersebut semakin memburuk karena tidak ada pihak-pihak yang mampu mendamaikan keduanya, sehingga pada puncaknya hal itu menyebabkan keretakan hubungan antara keduanya. Dengan kejadian tersebut, apalagi melihat sikap sultan yang tidak sportif, maka Syekh Salim memutuskan untuk pergi meninggalkan Yaman. Dalam situasi yang kurang kondusif akhirnya beliau meninggalkan kerajaan Kasiriyyah dan hijrah menuju India. Periode ini tidak jelas berapa lama beliau berada di India, karena dalam waktu berikutnya, beliau hijrah ke negara Indonesia, tepatnya di Batavia atau Jakarta.

Sebagai seorang ulama terpandang yang segala tindakan¬nya menjadi perhatian para pengikutnya, maka perpindahan Syekh Salim ke pulau Jawa tersebar secara luas dengan cepat, mereka datang berduyun-duyun kepada Syekh Salim untuk menimba ilmu atau meminta do'a darinya. Melihat hal itu maka Syekh Salim mendirikan berbagai majlis ilmu dan majlis dakwah, hampir dalam setiap hari beliau menghadiri majlis¬majlis tersebut, sehingga akhirnya semakin menguatkan posisi beliau di Batavia, pada masa itu. Syekh Salim bin Sumair dikenal sangat tegas di dalam mempertahankan kebenaran, apa pun resiko yang harus diha¬dapinya. Beliau juga tidak menyukai jika para ulama mende¬kat, bergaul, apalagi menjadi budak para pejabat. Seringkali beliau memberi nasihat dan kritikan tajam kepada para ulama dan para kiai yang gemar mondar-mandir kepada para pejabat pemerintah Belanda. Martin van Bruinessen dalam tulisan¬nya tentang kitab kuning (tidak semua tulisannya kita sepakati) juga sempat memberikan komentar yang menarik terhadap tokoh kita ini.

Dalam beberapa alenia dia menceritakan per¬bedaan pandangan dan pendirian yang terjadi antara dua orang ulama besar, yaitu Sayyid Usman bin Yahya dan Syekh Salim bin Sumair yang telah menjadi perdebatan di kalangan umum. Pada saat itu, tampaknya Syekh Salim kurang setuju dengan pendirian Sayyid Usman bin Yahya yang loyal kepada pemerintah kolonial Belanda. Sayyid Usman bin Yah_ya sendiri pada waktu itu, sebagai Mufti Batavia yang diangkat dan disetujui oleh kolonial Belanda, sedang berusaha menjern¬batani jurang pemisah antara `Alawiyyin (Habaib) dengan pemerintah Belanda, sehingga beliau merasa perlu untuk mengambil hati para pejabatnya.

Oleh karena itu, beliau mem¬berikan fatwa-fatwa hukum yang seakan-akan mendukung program dan rencana mereka. Hal itulah yang kemudian menyebabkan Syekh Salim terlibat dalam polemik panjang dengan Sayyid Usman yang beliau anggap tidak konsisten di dalam mempertahankan kebenaran. Entah bagaimana penye¬lesaian yang terjadi pada waktu itu, yang jelas cerita tersebut cukup kuat untuk menggambarkan kepada kita tentang sikap dan pendirian Syekh Salim bin Sumair yang sangat anti de¬ngan pemerintahan yang dholim, apalagi para penjajah dari kaum kuffar.

Walaupun Syekh Salim seorang yang sangat sibuk dalam berbagai kegiatan dan jabatan, namun beliau adalah seorang yang sangat banyak berdzikir kepada Allah SWT dan juga dikenal sebagai orang yang ahli membaca Al Qur'an. Salah satu temannya yaitu Syekh Ahmad Al-Hadhrawi dari Mekkah mengatakan: "Aku pernah melihat dan mendengar Syekh Salim menghatamkan Al Qur'an hanya dalam keadaan Thawaf di Ka'bah". Syekh Salim meninggal dunia di Batavia pada tahun 1271 H (1855 M).

Beliau telah meninggalkan beberapa karya ilmiah di antaranya Kitab Safinah yaitu kitab yang sudah kita terjemahkan ini. Al-Fawaid AI-Jaliyyah. Sebuah kitab yang mengecam sistem perbankan konfensional dalam kaca mata syari'at

Sekilas Tentang Kitab Safinah

Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tu¬hannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sa¬ngatlah besar manfaatnya. Di setiap kampung, kota dan negara hampir semua orang mempelajari dan bahkan menghafalkan¬nya, baik secara individu maupun kolektif. Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di berbagai lembaga pendidikan. Karena baik para santri maupun para ulama sangatlah gemar mempelajarinya dengan teliti dan seksama.Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:
• Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara ter¬padu, lengkap dan utuh, dimulai dengan bab dasar¬dasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh para ulama lainnya.
• Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal. Seseorang yang serius dan memiliki ke¬mauan tinggi akan mampu menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan atau mungkin lebih cepat.
• Kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang terkemuka dalam berbagai bidang ilmu keagamaan, terutama fiqh dan tasawwuf. Yang sangat menarik, orang lebih menge¬nal nama kitabnya dari pada nama penulisnya. Hal yang demikian itu mungkin saja berkat keikhlasan dan ke¬tulusan penulis.
• Kitab ini menjadi acuan para ulama dalam memberikan pengetahuan dasar agama bagi para pemula. Di Hadramaut Yaman, Madinah, Mekkah dan kota lainnya,para ulama me
• Kitab ini membicarakan hal-hal yang selalu menjadi ke¬butuhan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang merasa perlu untuk mempelajari¬nya.
• Kitab Safinah ini dengan izin Allah SWT. dan atas kehendak-Nya telah tersebar secara luas di kalangan para pecinta ilmu fiqih terutama yang menganut Madzhab Imam Syafi'i ra. Kitab ini dikenal di berbagai negara baik Arab maupun Ajam seperti Yaman, Mekkah, Madinah, Jeddah, Somalia, Ethiopia, Tanzania, Kenya, Zanjibar, dan di berbagai belahan negara-negara Afrika.Namun demikian perhatian yang paling besar terhadap kitab ini telah diberikan oleh para ulama dan pecinta ilmu, yang hidup di semenanjung Melayu termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara-negara lainnya.
• Kitab ini juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa asing seperti Indonesia, Melayu, Sunda, India, Cina, dan lainnya.
Dengan perhatian khusus dan antusias tinggi para ulama telah berkhidmah (mengabdi) kepada kitab Safinah sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka masing-masing. Banyak di antara mereka yang menulis syarah (buku pen¬jelasan) kitab Safinah, di antara nama-nama kitab tersebut adalah:
1. Kitab Kasyifatus Saja ala Safinatin Naja (menyingkap tabir kegelapan dengan syarah kitab safinah). Kitab syarah ini adalah yang terbesar dan terluas dari yang lainnya, dipenuhi dengan masalah-masalah fiqih yang pokok dan mendasar. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama dari Jawa Barat yaitu Syekh Nawawi Banten. Beliau dilahirkan pada tahun 1230 H (1815M) dan berangkat ke Mekkah untuk mencari ilmu ketika masih kecil. Setelah mendalami ilmu agama, di kota suci Mekkah, beliau juga belajar dari para ulama di kota suci Madinah, Syiria, dan Mesir. Beliau mengajar di Masjidil Haram Mekkah selama puluhan tahun sampai meninggal dunia pada tahun 1314 H (1897 M)
2. Kitab Durrotu Tsaminah Hasyiyah ala Safinah (Permata yang mahal dalam keterangan safinah). Kitab ini sangat penting untuk dimiliki oleh para pecinta ilmu, karena dilengkapi dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al¬Qur'an dan Hadis Nabsaw. Kitab ini ditulis oleh Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Hadrawi, seorang ulama dari Mekkah. Kitab ini ditulis pada awalnya di kota Musowwi' Ethiopia, atas petunjuk gurunya yaitu Syekh Muhammad Asy-Syadzili Maroko dan diselesai¬kan di kota Thaif. Penulis syarah ini dilahirkan di Iskandariah Mesir pada tahun 1252 H (1837 M) dan me¬ninggal dunia di Mekkah pada tahun 1327 H (1909 M).
3. Kitab Nailur Raja Syarah Safinah Naja (Meraih harapan dengan syarah safinah), Syarah ini sangat dipenuhi de¬ngan ilmu, hampir menjadi kebutuhan setiap pengajar yang akan menerangkan kitab Safinah. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama besar dari Hadramaut Yaman, yaitu Sayyid Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syatiri. Beliali dilahirkan di kota Tarim Hadramaut pada tahun 1312 H (1895 M), dan di sana pula beliau mempelajari ilmu agama sehingga tumbuh berkembang menjadi ulama yang terkemuka. Beliau sangat dicintai gurunya yaitu Syaikhul Islam, Sayyid Abdullah bin Umar Asy-Syatiri, ulama besar di zamannya. Penulis syarah in' meninggal dunia pada usia yang masih muda, yaitu sebelum beliau berumur 50 tahun.
4. Kitab Nasiimul Hayah Syarah Safinall Najah. Syarah ini hampir sama dengan syarah yang ditulis oleh Syekh Nawawi Banten, tetapi memiliki tambahan dengan ba¬nyaknya dalil dan perincian yang teliti. Kitab ini ditulis oleh Syekh Al-Faqih Al-Qodhi Abdullah bin Awad bin Mubarok Bukair, seorang ulama kenamaan yang ahli dalam bidang fiqih di Hadramaut Yaman. Beliau di¬lahirkan di desa Ghail Bawazir tahun 1314 H (1897 M). Sejak kecil beliau sangat gemar mendalami ilmu syari'at dari berbagai ulama di antaranya adalah Al-Imam Habib All bin Muhammad Al-Habsyi, Syekh Umar bin Mubarok Badubbah, Syekh Umar bin Salim Bawazir dan lain-lain. Setelah tersebar keilmuannya, beliau menjadi qodhi di Mukalla sejak tahun 1351 H (1933 M) sampai tahun 1386 H (1967 M). Syekh Abdullah meninggal dunia pada tahun 1399 H (1979 M) di kota Mukalla setelah memberikan pengabdiannya yang tulus kepada umat Islam
5. Kitab Innarotut tDuja Bitanlwiril Hija Syarah Safinah Naja. Salah satu syarah yang sangat otentik dan terpercaya karena dipenLthi dengan argumentasi dari Al-Qur'an dan had's. Yang unik, syarah ini ditulis oleh salah satu ulama dari Madzhab Maliki yaitu Syekh Muhammad bin Ali bin Husein Al-Maliki, seorang ulama yang sangat ahli dalam berbagai ilmu agama, Beliau juga sangat ter¬pandang dalam bidang ilmu bahasa dan sastra Arab. Beliau dilahirkan di Mekkah tahun 1287 H 0 870 M) dan meninggal dunia tahun 1368 H (1949 M). Puncak kemasyhurannya adalah ketika beliau diangkat sebagai Mufti Madzhab Maliki di kota suci Mekkah A1-Mu¬karromah. Tokoh kita ini juga sangat produktif, koleksi karyanya lebih dari 30 kitab, di antaranya adalah syarah safinah tersebut.
Dari kalangan para ulama ada pula yang tertarik men¬jadikan kitab safinah ini dalam bentuk syair-syair yang di¬gubah dengan mudah dan indah, tercatat di antara nama-nama mereka adalah:
1. Sayyid Habib Abdullah bin All bin Hasan AI-Haddad.
2. Sayyid Habib Muhammad bin Ahmad bin Alawy Ba~agil.
3. Kyai Syekh Shiddiq bin Abdullah, Lasem.
4. Syekh Muharnrnad bin All Zakin Bahanan.
5. Sayyid Habib Ahmad Masyhur bin Thoha Al-Haddad.
Dari tulisan di atas, kiranya kita telah mampu memahami betapa penting kitab safinah ini, untuk menjadi pijakan bag] para pemula dalam mempelajari ilmu agama, sebagaimana namanya, yaitu safinah yang berarti "perahu" dia akan me¬nyelamatkan para pecintanya dari gelombang kebodohan dan kesalahan dalam beribadah kepada Allah SWT. Amin.

Terjemahan Kitab Safinah

بسم الله الرحمن الرحيم
(Muqoddimah)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji hanya kepada Allah Tuhan semesta alam, dan kepadaNya jualah kita memohon pertolongan atas segala perkara dunia dan akhirat. Dan shalawat serta salamNya semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW Penutup para nabi, juga terhadap keluarga, sahabat sekalian. Dan tiada daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa.

(BAB I)
“Aqidah”
(Fasal Satu)
Rukun Islam ada lima perkara, yaitu:
1. Bersaksi bahwa tiada ada tuhan yang haq kecuali Alloh Subhaanahu wa Ta'aala dan Nabi Muhammad Sholalloohu 'Alayhi wa Sallam adalah utusanNya.
2. Mendirikan sholat (lima waktu).
3. Menunaikan zakat.
4. Puasa Romadhan.
5. Ibadah haji ke baitullah bagi yang telah mampu melaksanakannya.
(Fasal Dua)
Rukun iman ada enam, yaitu:
1. Beriman kepada Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
2. Beriman kepada sekalian Mala’ikat
3. Beriman dengan segala kitab-kitab suci.
4. Beriman dengan sekalian Rosul-rosul.
5. Beriman dengan hari kiamat.
6. Beriman dengan ketentuan baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
(Fasal Tiga)
Adapun arti “La ilaha illah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan selain Alloh.
(BAB II)
“Thoharoh”
(Fasal Satu)
Adapun tanda-tanda balig (mencapai usia remaja) seseorang ada tiga, yaitu:
1. Berumur seorang laki-laki atau perempuan lima belas tahun.
2. Bermimpi (junub) terhadap laki-laki dan perempuan ketika melewati sembilan tahun.
3. Keluar darah haidh sesudah berumur sembilan tahun .
(Fasal Dua)
Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja ada delapan, yaitu:
1. Menggunakan tiga batu.
2. Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
3. Najis tersebut tidak kering.
4. Najis tersebut tidak berpindah.
5. Tempat istinja tersebut tidak terkena benda yang lain sekalipun tidak najis.
6. Najis tersebut tidak berpindah tempat istinja (lubang kemaluan belakang dan kepala kemaluan depan) .
7. Najis tersebut tidak terkena air .
8. Batu tersebut suci.
(Fasal Tiga)
Rukun wudhu ada enam, yaitu:
1. Niat.
2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan serta siku.
4. Menyapu sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki serta buku lali.
6. Tertib.
(Fasal Empat)
Niat adalah menyengaja suatu (perbuatan) berbarengan (bersamaan) dengan perbuatannya didalam hati. Adapun mengucapkan niat tersebut maka hukumnya sunnah, dan waktunya ketika pertama membasuh sebagian muka.
Adapun tertib yang dimaksud adalah tidak mendahulukan satu anggota terhadap anggota yag lain (sebagaimana yang telah tersebut).
(Fasal Lima)
Air terbagi kepada dua macam; Air yang sedikit. Dan air yang banyak.
Adapun air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah . Dan air yang banyak itu adalah yang sampai dua qullah atau lebih.
Air yang sedikit akan menjadi najis dengan sebab tertimpa najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah. Adapun air yang banyak maka tdak akan menjadi najis kecuali air tersebut telah berubah warna, rasa atau baunya.
(Fasal Enam)
Yang mewajibkan mandi ada enam perkara, yaitu:
1- Memasukkan kemaluan (kepala dzakar) ke dalam farji (kemaluan) perempuan.
2- Keluar air mani.
3- Mati.
4- Keluar darah haidh [datang bulan].
5- Keluar darah nifas [darah yang keluar setelah melahirkan].
6- Melahirkan.
(Fasal Tujuh)
Fardhu–fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan ada dua perkara, yaitu:
1- Niat mandi wajib.
2- Menyampaikan air ke seluruh tubuh dengan sempurna.
(Fasal Delapan)
Syarat– Syarat Wudhu` ada sepuluh, yaitu:
1- Islam.
2- Tamyiz (cukup umur dan ber’akal).
3- Suci dari haidh dan nifas.
4- Lepas dari segala hal dan sesuatu yang bisa menghalang sampai air ke kulit.
5- Tidak ada sesuatu disalah satu anggota wudhu` yang merubah keaslian air.
6- Mengetahui bahwa hukum wudhu` tersebut adalah wajib.
7- Tidak boleh beri`tiqad (berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu wudhu` hukumnya sunnah (tidak wajib).
8- Kesucian air wudhu` tersebut.
9- Masuk waktu sholat yang dikerjakan.
10- Muwalat .
Dua syarat terakhir ini khusus untuk da`im al-hadats .
(Fasal Sembilan)
Yang membatalkan wudhu` ada empat, yaitu:
1- Apa bila keluar sesuatu dari salahsatu kemaluan seperti angin dan lainnya, kecuali air mani.
2- Hilang akal seperti tidur dan lain lain, kecuali tidur dalam keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut
3- Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti kain dll.
”Mahram”: (orang yang haram dinikahi seperti saudara kandung).
4- Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak tangan atau telapak jarinya.
(Fasal Sepuluh)
Larangan bagi orang yang berhadats kecil ada tiga, yaitu:
1- Shalat, fardhu maupun sunnah.
2- Thowaaf (keliling ka`bah tujuh kali).
3- Menyentuh kitab suci Al-Qur`an atau mengangkatnya.
Larangan bagi orang yang berhadats besar (junub) ada lima, yaitu:
1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.

4.Membawa Al-Qur’an
5- Membaca Al-Qur`an.
6- I`tikaf (berdiam di masjid).
Larangan bagi perempuan yang sedang haidh ada sepuluh, yaitu:
1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- Membaca Al-Qur`an.
5- Puasa
6- I’tikaf di masjid.
7- Masuk ke dalam masjid sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid tersebut.
8- Cerai, karena itu, di larang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh.
9- Jima`.
10- Bersenang – senang dengan isteri di antara pusar dan lutut.
(Fasal Sebelas)
Sebab – Sebab yang membolehkan tayammum ada tiga hal, yaitu:
1- Tidak ada air untuk berwudhu`.
2- Ada penyakit yang mengakibatkan tidak boleh memakai air.
3- Ada air hanya sekedar mencukupi kebutuhan minum manusia atau binatang yang Muhtaram .
Adapun selain Muhtaram ada enam macam, yaitu:
1- Orang yang meninggalkan sholat wajib.
2- kafir Harbiy (yang boleh di bunuh).
3- Murtad.
4- Penzina dalam keadaan Ihshan (orang yang sudah ber’aqad nikah yang sah).
5- Anjing yang menyalak (tidak menta`ati pemiliknya atau tidak boleh dipelihara).
6- Babi.
(Fasal Dua Belas)
Syarat–Syarat mengerjakan tayammum ada sepuluh, yaitu:
1- Bertayammum dengan tanah.
2- Menggunakan tanah yang suci tidak terkena najis.
3- Tidak pernah di pakai sebelumnya (untuk tayammaum yang fardhu).
4- Murni dari campuran yang lain seperti tepung dan seumpamanya.
5- Mengqoshod atau menghendaki (berniat) bahwa sapuan dengan tanah tersebut untuk di jadikan tayammum.
6- Masuk waktu shalat fardhu tersebut, sebelum tayammum.
7- Bertayammum tiap kali sholat fardhu tiba.
8- Berhati – hati dan bersungguh – sungguh dalam mencari arah qiblat sebelum memulai tayammum.
9- Menyapu muka dan dua tangannya dengan dua kali mengusap tanah tayammum secara masing – masing (terpisah).
10- Menghilangkan segala najis di badan terlebih dahulu.
(Fasal Tiga Belas)
Rukun-rukun tayammum ada lima, yaitu:
1. Memindah debu.
2. Niat.
3. Mengusap wajah.
4. Mengusap kedua belah tangan sampai siku.
5. Tertib antara dua usapan.
(Fasal Empat Belas)
Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga, yaitu:
1. Semua yang membatalkan wudhu’.
2. Murtad.
3. Ragu-ragu terdapatnya air, apabila dia bertayammum karena tidak ada air.
(Fasal Lima Belas)
Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis ada tiga, yaitu:
1. Khamar (air yang diperah dari anggur) apabila telah menjadi cuka.
2. Kulit binatang yang disamak.
3. Semua najis yang telah berubah menjadi binatang.
(Fasal Enam Belas)
Macam macam najis ada tiga, yaitu:
1. Najis besar (Mughallazoh), yaitu Anjing, Babi atau yang lahir dari salah satunya.
2. Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi yang tidak makan, selain susu dari ibunya, dan umurnya belum sampai dua tahun.
3. Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua yang diatas.
(Fasal Tujuh Belas)
Cara menyucikan najis-najis:
Najis besar (Mughallazoh), menyucikannya dengan membasuh sebanyak tujuh kali, salah satunya menggunakan debu, setelah hilang ‘ayin (benda) yang najis.
Najis ringan (Mukhaffafah), menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan menghilangkan ‘ayin yang najis.
Najis sedang (Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu:
1. 'Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau rasanya, maka cara menyucikan najis ini dengan menghilangkan sifat najis yang masih ada.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.
(Fasal Delapan Belas)
Darah haid yang keluar paling sedikit sehari semalam, namun pada umumnya selama enam atau tujuh hari, dan tidak akan lebih dari 15 hari. Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa sucinya. Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan tidak akan melebihi dari 60 hari.
(BAB III)
“SHALAT”
(Fasal Satu)
Udzur( ) sholat:
1. Tidur .
2. Lupa.
(Fasal Dua)
Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
2. Masuk waktu sholat.
3. Mengetahui rukun-rukan sholat.
4. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat adalah sunnahnya
5. Menjauhi semua yang membatalkan sholat.
Macam-macam hadats: Hadats ada dua macam, yaitu: Kecil dan Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
Macam macam aurat: Aurat ada empat macam, yaitu:
1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu antara pusar dan lutut.
(Fasal Tiga)
Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:
1. Niat.
2. Takbirotul ihrom (mengucapkan “Allahuakbar).
3. Berdiri bagi yang mampu.
4. Membaca fatihah.
5. Ruku’ (membungkukkan badan).
6. Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8. Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal).
9. Sujud dua kali.
10. Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud).
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk).
13. Tasyahud akhir (membaca kalimat-kalimat yang tertentu).
14. Duduk diwaktu tasyahud.
15. Sholawat (kepada nabi).
16. Salam (kepada nabi).
17. Tertib (berurutan sesuai urutannya).
(Fasal Empat)
Niat itu ada tiga derajat, yaitu:
3. Jika sholat yang dikerjakan fardhu, diwajibkanlah niat qasdul fi’li (mengerjakan shalat tersebut), ta’yin (nama sholat yang dikerjakan) dan fardhiyah (kefardhuannya).
4. Jika sholat yang dikerjakan sunnah yang mempunyai waktu atau mempunyai sebab, diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut dan nama sholat yang dikerjakan seperti sunah Rowatib (sebelum dan sesudah fardhu-fardhu).
5. Jika sholat yang dikerjakan sunnah Mutlaq (tanpa sebab), diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut saja.
Yang dimaksud dengan qasdul fi’li adalah aku beniat sembahyang (menyenghajanya), dan yang dimaksud ta’yin adalah seperti dzuhur atau asar, adapun fardhiyah adalah niat fardhu.
(Fasal Lima)
Syarat takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika berdiri (jika sholat tersebut fardhu).
2. Mengucapkannya dengan bahasa Arab.
3. Menggunakan lafal “Allah”.
4. Menggunakan lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara dua lafal tersebut.
6. Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak mentaysdidkan (mendobelkan/mengulang) huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambah huruf “Waw” berbaris atau tidak antara dua kalimat tersebut.
10. Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti antara dua kalimat sekalipun sebentar.
12. Mendengarkan dua kalimat tersebut.
13. Masuk waktu sholat tersebut jika mempuyai waktu.
14. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika menghadap qiblat.
15. Tidak tersalah dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbirotul ihrom ma’mum sesudah takbiratul ihrom dari imam.
(Fasal Enam)
Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (yaitu membaca surat al-Fatihah sesuai urutan ayatnya).
2. Muwalat (yaitu membaca surat al-Fatihah dengan tanpa terputus).
3. Memperhatikan makhroj huruf (tempat keluar huruf) serta tempat-tempat tasydid.
4. Tidak lama terputus antara ayat-ayat al-Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat memutuskan bacaan.
5. Membaca semua ayat al-Fatihah.
6. Basmalah termasuk ayat dari al-fatihah.
7. Tidak menggunakan lahan (lagu) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat al-Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Mendengar surat al-Fatihah yang dibaca.
10. Tidak terhalang oleh dzikir yang lain.
(Fasal Tujuh)
Tempat-tempat tasydid dalam surah al-fatihah ada empat belas, yaitu:
1. Tasydid huruf “Lam” jalalah pada lafal (الله ).
2. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (( الرّحمن .
3. Tasydid huruf “Ra’” pada lapal ( الرّحيم).
4. Tasydid “Lam” jalalah pada lafal ( الحمد لله).
5. Tasydid huruf “Ba’” pada kalimat (ربّ العالمين ).
6. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرّحمن ).
7. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرّحيم).
8. Tasydid huruf “Dal” pada lafal (الدّين ).
9. Tasydid huruf “Ya’” pada kalimat إيّاك نعبد) ).
10. Tasydid huruf “Ya” pada kalimat (وإيّاك نستعين ).
11. Tasydid huruf “Shad” pada kalimat ( اهدنا الصّراط المستقيم).
12. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (صراط الّذين ).
13. Tasydid “Dhad” pada kalimat (ولا الضالين).
14. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (ولا الضالين).

(Fasal Delapan)
Tempat disunatkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika Ruku’.
3. Ketika bangkit dari Ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit dari tashahud awal.
(Fasal Sembilan)
Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:
1. Sujud dengan tujuh anggota.
2. Dahi terbuka (jangan ada yang menutupi dahi).
3. Menekan sekedar berat kepala.
4. Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5. Tidak sujud ketempat yang bergerak jika ia bergerak.
6. Meninggikan bagian punggung dan merendahkan bagian kepala.
7. Thuma’ninah pada sujud.
Penutup:
Ketika seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh, yaitu:
1. Dahi.
2. Bagian dalam dari telapak tangan kanan.
3. Bagian dalam dari telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki yang kanan.
5. Lutut kaki yang kiri.
6. Bagian dalam jari-jari kanan.
7. Bagian dalam jari-jari kiri.
(Fasal Sepuluh)
Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: harakah tasydid di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.
(Fasal Sebelas)
Sekurang-kurang kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Alloohumma sholliy ’alaa Muhammad.
(Adapun).harakat tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim” di Muhammad.
(Fasal Dua Belas)
Sekurang-kurang salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Assalaamu’alaikum. Adpun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak di huruf “Sin”.
(Fasal Tiga Belas)
Waktu waktu shalat.
1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.
2. Waktu salat Ashar:
Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib:
Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam.
4. Waktu shalat Isya
Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke utara.
5 Waktu shalat Shubuh:
Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan putih.
(Fasal Empat Belas)
Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu:
1. Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3. Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari.
5. Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam.
(Fasal Lima Belas)
Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2. Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk).
3. Antara ta’awudz dan membaca fatihah.
4. Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan amin).
5. Antara ta’min dan membaca surat (qur’an).
6. Antara membaca surat dan ruku’.
Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah.
(Fasal Enam Belas)
Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.
Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).
(Fasal Tujuh Belas)
Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu:
1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat (pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).
2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak membatalkan jika ia lupa.
3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya.
4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.
(Fasal Delapan Belas)
Ab’adusshalah ada enam, yaitu:
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri untuk do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.
(Fasal Sembilan Belas)
Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:
1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.
(Fasal Dua Puluh)
Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat shalat, yaitu:
1- Menjadi Imam juma`t
2- Menjadi imam dalam shalat i`aadah (mengulangi shalat).
3- Menjadi imam shalat nazar berjama`ah
4- Menjadi imam shalat jamak taqdim sebab hujan

(Fasal Dua Puluh Satu)
Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.

(Fasal Dua Puluh Dua)
Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki –laki mengikut laki – laki.
2- Perempuan mengikut laki – laki.
3- Banci mengikut laki – laki.
4- Perempuan mengikut banci.
5- Perempuan mengikut perempuan.

(Fasal Dua Puluh Tiga)
Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki – laki mengikut perempuan.
2- Laki – laki mengikut banci.
3- Banci mengikut perempuan.
4- Banci mengikut banci.

(Fasal Dua Puluh Empat)
Ada empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu:
1- Di mulai dari shalat yang pertama.
2- Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali gus).
3- Berturut – turut.
4- Udzurnya terus menerus.

(Fasal Dua Puluh Lima)
Ada dua syarat jamak takhir, yaitu:
1- Niat ta’khir (pada waktu shalat pertama walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat tersebut).
2- Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.

(Fasal Dua Puluh Enam)
Ada tujuh syarat qasar, yaitu:
1- Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam).
2- Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3- Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4- Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5- Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat).
6- Perjalanan terus menerus sampai selesai shalat tersebut.
7- Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.

(Fasal Dua Puluh Tujuh)
Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, baligh dan penduduk asli daerah tersebut.
5. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at.
(Fasal Dua Puluh Delapan)
Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.
(Fasal Dua Puluh Sembilan)
Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis.
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.
(BAB IV)
“Jenazah”
(Fasal Satu)
pertama: Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu:
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Menshalatkan (sholat jenazah).
4. Memakamkan .

(Fasal Kedua)
Cara memandikan seorang muslim yang meninggal dunia:
Minimal (paling sedikit): membasahi seluruh badannya dengan air dan bisa disempurnakan dengan membasuh qubul dan duburnya, membersihkan hidungnya dari kotoran, mewudhukannya, memandikannya sambil diurut/digosok dengan air daun sidr dan menyiramnya tiga (3) kali.
(Fasal Ketiga)
Cara mengkafan:
Minimal: dengan sehelai kain yang menutupi seluruh badan. Adapun cara yang sempurna bagi laki-laki: menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain, sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala), sarung dan 2 helai kain.
(Fasal Keempat)
Rukun shalat jenazah ada tujuh (7), yaitu:
1. Niat.
2. Empat kali takbir.
3. Berdiri bagi orang yang mampu.
4. Membaca Surat Al-Fatihah.
5. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir yang kedua.
6. Do’a untuk si mayat sesudah takbir yang ketiga.
7. Salam.
(Fasal Kelima)
Sekurang-kurang menanam (mengubur) mayat adalah dalam lubang yang menutup bau mayat dan menjaganya dari binatang buas. Yang lebih sempurna adalah setinggi orang dan luasnya, serta diletakkan pipinya di atas tanah. Dan wajib menghadapkannya ke arah qiblat.
(Fasal Keenam)
Mayat boleh digali kembali, karena ada salah satu dari empat perkara, yaitu:
1. Untuk dimandikan apabila belum berubah bentuk.
2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat.
3. Untuk mengambil harta yang tertanam bersama mayat.
4. Wanita yang janinnya tertanam bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih hidup.
(Fasal Ketujuh)
Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci) ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Boleh.
2. Khilaf Aula.
3. Makruh
4. Wajib.
Boleh (mubah) meminta untuk mendekatkan air.
Khilaf aula meminta menuangkan air atas orang yang berwudlu.
Makruh meminta menuangkan air bagi orang yang membasuh anggota-anggota (wudhu) nya.
Wajib meminta menuangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah (tidak mampu untuk melakukannya sendiri).

(BAB V)
“Zakat”
(Fasal Satu)
Harta yang wajib di keluarkan zakatnya ada enam macam, yaitu:
1. Binatang ternak.
2. Emas dan perak.
3. Biji-bijian (yang menjadi makanan pokok).
4. Harta perniagaan. Zakatnya yang wajib di keluarkan adalah 4/10 dari harta tersebut.
5. Harta yang tertkubur.
6. Hasil tambang.

(BAB VI)
“Puasa”
(Fasal Satu)
Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri.
3. Dengan melihat bulan yang disaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik yang mendengar kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau tidak dipercaya akan tetapi orang yang mendengar membenarkannya.
5. Dengan beijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan dengan hal tersebut.

(Fasal Kedua)
Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari seumpama darah haidh.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.

(Fasal Ketiga)
Syarat wajib puasa ramadhan ada lima perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Taklif (dibebankan untuk berpuasa).
3. Kuat berpuasa.
4. Sehat.
5. Iqamah (tidak bepergian).
(Fasal Keempat)
Rukun puasa ramadhan ada tiga perkara, yaitu:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan ingat, bisa memilih (tidak ada paksaan) dan tidak bodoh yang ma’zur (dima’afkan).
3. Orang yang berpuasa.
(Fasal Kelima)
Diwajibkan: mengqhadha puasa, kafarat besar dan teguran terhadap orang yang membatalkan puasanya di bulan Ramadhan satu hari penuh dengan sebab menjima’ lagi berdosa sebabnya .
Dan wajib serta qhadha: menahan makan dan minum ketika batal puasanya pada enam tempat:
1. Dalam bulan Ramadhan bukan selainnya, terhadap orang yang sengaja membatalkannya.
2. Terhadap orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang Fardhu.
3. Terhadap orang yang bersahur karena menyangka masih malam, kemudian diketahui bahwa Fajar telah terbit.
4. Terhadap orang yang berbuka karena menduga Matahari sudah tenggelam, kemudian diketahui bahwa Matahari belum tenggelam.
5. Terhadap orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir Sya’ban tanggal tigapuluh, kemudian diketahui bahwa awal Ramadhan telah tiba.
6. Terhadap orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung.
(Fasal Keenam)
Batal puasa seseorang dengan beberapa macam, yaitu:
- Sebab-sebab murtad.
- Haidh.
- Nifas.
- Melahirkan.
- Gila sekalipun sebentar.
- Pingsan dan mabuk yang sengaja jika terjadi yang tersebut di siang hari pada umumnya.
(Fasal Ketujuh)
Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, sebagaimana terhadap wanita yang haid atau nifas.
2. Diharuskan, sebagaimana orang yang berlayar dan orang yang sakit.
3. Tidak diwajibkan, tidak diharuskan, sebagaimana orang yang gila.
4. Diharamkan (ditegah), sebagaimana orang yang menunda qhadha Ramadhan, padahal mungkin dikerjakan sampai waktu qhadha tersebut tidak mencukupi.
Kemudian terbagi orang-orang yang telah batal puasanya kepada empat bagian, yaitu:
1. Orang yang diwajibkan qhadha dan fidyah, seperti perempuan yang membatalkan puasanya karena takut terhadap orang lain saperti bayinya. Dan seperti orang yang menunda qhadha puasanya sampai tiba Ramadhan berikutnya.
2. Orang yang diwajibkan mengqhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan.
3. Orang yang diwajibkan terhadapnya fidyah tanpa mengqhadha, seperti orang yang sangat tua yang tidak kuasa.
4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan membayar fidyah, seperti orang gila yang tidak disengaja.
(Fasal Kedelapan)
Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam, yaitu:
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut denga lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya, sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut.

Tamat…
Wallaohu a’lam bishshowaab

Kemudian kami akhiri dengan meminta kepada Tuhan Yang Karim , dengan berkah beginda kita Nabi Muhammad Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam yang wasim , supaya mengakhiri hidupku dengan memeluk agama Islam, juga orang tuaku, orang yang aku sayangi dan semua keturunanku. Dan mudah-mudahan ia mengampuniku serta mereka segala kesalahan dan dosa.
Semoga rahmat Tuhan selalu tercurah keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Mutholib bin Abdi Manaf bin Hasyim yang menjadi utusan Alloh kepada sekalian makhluk Rosulul malahim, kekasih Alloh yang membuka pintu rahmat, menutup pintu kenabian, serta keluarga dan sahabat sekalian. Walhamdu lillaahi Robbil ’Aalamin...



catatan....
Kitab Safinah Annajah kitab karya Sheikh Abdullah bin Saad bin Sumair al-Hadhrami, yang membahas mengenai asas-asas fiqh dalam mazhab Shafi'i yang turut meliputi aspek tauhid dan tasawuf. Beliau adalah seorang ahli fiqh dan tasawwuf yang bermadzhab Syafi'i. Selain itu, beliau adalah seorang pendidik yang dikenal sangat ikhlas dan penyabar, seorang qodhi yang adil dan zuhud kepada dunia, bahkan beliau juga seorang politikus dan pengamat militer negara negara Islam. Beliau dilahirkan di desa Dziasbuh, yaitu sebuah desa di daerah Hadramaut Yaman, yang dikenal sebagai pusat lahirnya para ulama besar dalam berbagai bidang ilmu keagamaan.


Kitab Safinah memiliki nama lengkap "Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sangatlah besar manfaatnya. Di setiap Pondok Pesantren atau pengajian di kampung-kampung kitab ini selalu ada untuk di pelajari, bahkan di hafalkan. Dulu di pesantren saya juga ada sistem ngaji yang namanya ngaji sorogan, yaitu kyai memberi arti/makna dan santri besoknya harus menghafalkan yang kyai artikan/maknain dan di setorkan dalam bentuk hafalan. Kitab ini salah satu yang pertama di hafal dalam sistem sorogan di pesantren saya.

Kitab ini di jadikan kitab fiqih dasar yang pertama di pelajari karena Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara terpadu, lengkap dan utuh, dimulai dengan bab dasardasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh para ulama lainnya. Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal. Seseorang yang serius dan memiliki kemauan tinggi akan mampu menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan atau mungkin lebih cepat.

Karena sangat pentingnya kitab ini para ulama sampai membuat syarah/penjelasan lebih lanjut dari kitab ini. Ada berbagai kita syarah syafinah Annajah di antaranya:
1. Kitab Kasyifatus Saja ala Safinatin Najah
2. Kitab Durrotu Tsaminah Hasyiyah ala Safinah
3. Kitab Nailur Raja Syarah Safinah Najah
4. Kitab Nasiimul Hayah Syarah Safinatun Najah
5. Kitab Innarotut tDuja Bitanlwiril Hija Syarah Safinah Najah 

Rabu, 30 Oktober 2013

Risalah Tauhid Cimindi 1

Risalah Tauhid Cimindi1

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين أللهم صل على سيدنا محمد طب القلوب ودواءها وعافية الأبدان وشفاءها ونورالأبصار وضياءها وصلى الله على سيدنا محمد وعلي اله وصحبه وسلم
 برحمتك ياأرحم الراحمين
 FASAL KAHIJI 
BAB ILMUMenurut patokan elmu teh dibagi dua (2) nyaeta:

1 1 Hiji   Anu dingaranan Elmu Tashowwur    ( علم تصو ر )
2 2 Dua   anu dingaranan   Elmu tashdiq       ( علم تصديق )

Ari anu dingaranan elmu Tashowwur nyaeta pamanggihna hate kana bab atawa hal tapi henteu bisa dihukuman ku lain atawa ku enya.
Ari anu dingaranan Elmu tashdiq nyaeta pamanggihna hate kana bab atawa hiji hal teh sarta bisa dihukuman ku lain atawa enya.
Demi anu ngahukumannana kana lain atawa enya teh   eta aya ku Hukum Syara 'aya ku Hukum Aqal aya ku Hukum Adat.

a.             1. Elmu Tashowwur dina pengertian bangsa Hukum Syara 'nyaeta seperti pamanggihna hate kana kayaan sholat, manehna nyaho yen sholat the ngabogaan takbirotul ihrom, ruku' sujud jeung aweh salam.
2      Elmu tashdiq dina pengertian bangsa Hukum Syara 'nyaeta seperti manehna nyaho yen sholatlima waktu teh eta wajib.
b.     1. Elmu Tashowwur dina pengertian bangsa hukum   Aqal nyaeta seperti pamanggihna hate kana kayaan alam nuduhkeun yen unggal sakabeh maujud eta lian Gusti Alloh Ta'ala.
2.   Elmu tashdiq dina pengertian bangsa Hukum Aqal nyaeta seperti nyaho yen alam teh  eta anyar.
c.     1.    Elmu Tashowwur dina pengertian bangsa hukum Adat nyaeta seperti nyaho yen sakabeh kadaharan eta ngabogaan rasa amis, pelem, pait jeung sajabana jeung sakabeh taneuh ngabogaan rupa atawa warna hideung, bodas, coklat jeung sajabana.
2.    Elmu tashdiq dina pengertian bangsa hukum Adat eta seperti nyaho yen sakabeh kadaharan eta matak nguatkeun jeung sakabeh taneuh eta henteu matak nguatkeun.
Ana ari anu tilu (3) teh nyaeta Syara’ , Aqal jeung Adat kabagi deui dua bagian nyaeta 1. Bangsa Dhorurie ,2. Bangsa Nazhorie.
Ari Dhorurie nyaeta bab atawa perkara naon-naon anu kapanggih henteu make dipikir heula.
Ari nazhorie mah nyaeta bab atawa perkara teh anu kapanggih ku aqal sanggeus dipikir heula.
u
Ari Dhorurie dina pengertian bangsa hukum Aqal nyaeta saperti nyaho yen hiji eta saperdua tina dua atawa satengah tina dua. Sedeng Nazhorie dina pengertian bangsa hukum aqal nyaeta saperti nyaho yen alam eta anyar.
Ari Dhorurie dina pengertian hukum adat  nyaeta saperti nyaho yen seuneu eta matak nutungkeun atawa kadaharan matak nguwatkeun badan. Sedeng Nazhorie dina pengertian hukum Adat nyaeta saperti nyaho yen kina tablet eta matak nyageurkeun muriang.

Ari Hukum Aqal eta dijieun Tilu Patokan:
Nyaeta 1. Wajib Ceuk aqal , 2. Muhal Ceuk aqal jeung 3. Wenang Ceuk Aqal.
Ari ngaran wajib ceuk aqal nyaeta bab atawa perkara naon-naon anu kaharti ku aqal ayana, saperti tina kaayaan hal atawa benda anu nyata ayana, henteu bisa musna asup kana kaayaan anu henteu aya naon-naonna, ana aya ieu aya salamina misti aya terus, henteu bisa musna ,ilang lenyap ngan saukur robah macemna wungkul . sagala oge sadia buat balik deui kana kaayaan asalna.

Ari ngaran muhal ceuk aqal nyaeta bab atawa perkara anu kaharti ku aqal euweuhna ,saperti tina asal kaayaan henteu aya naon-naon ,eta henteu bisa dijadikeun naon-naon, jeung henteu bisa disababkeun mencalna naon-naon, eta henteu bisa diciptakeun naon-naon. Karena dimana ayeuna henteu aya salamina misti henteu pernah bisa aya, ana henteu perenah bisa aya tangtu ayeuna oge misti henteu aya.

Ari ngaran wenang cek aqal nyaeta bab atawa perkara anu kaharti ku aqal ayana jeung kaharti ku aqal euweuhna. Saperti sagala naon-naon anu di kaluarkeun eta misti diasupkeun heula samemehna. Tiap-tiap sabab eta misti diadegkeun heula tina anu sok beak, anu sok beak eta misti diadegkeun heula tina sabab.
Diantara sifat anu wajib kagungan Gusti Alloh Ta’ala eta aya dua puluh (20) sifat jeung anu muhal dua puluh sifat anu wenang hiji, nyaeta ngadamel mumkin atawa henteuna
Anu wajib nyaeta 1. wujud, 2, Qidam ,3. Baqo, 4. Mukholafatu lilhawaditsi, 5. Qiyamuhu Ta’ala binafsihi, 6. Wahdaniyah, 7. Qudroh, 8. Irodah, 9. ilmu, 10. Hayah, 11. Sama’, 12. Bashor, 13. Kalam, 14 Qodiiron, 15 Muriidan, 16. ‘Aliiman, 17. Hayyan, 18. Samii’an, 19. Bashiiron,  20. mutakalliman
Anu dua puluh ( 20 ) sifat dibagi dua bagian :
1.              Nyaeta Bangsa Iftiqor ( إفتقار ) tegesna dipikabutuh katetepan salapan ( 9 ) sifat , nyaeta wahdaniyyah, qudrah, Irodah, ‘Ilmu, Hayah, Qodiiron, Muriidan, “liiman, Hayyan.

2.              Nyaeta Bangsa Istighna ( إستﻐناء ) tegesna henteu dipikabutuh katetepan sabelas (11) sifat, nyaeta, Wujud, QIdam, Baqo’, Mukholafatu lilhawaditsi, Qiyamuhu binafsihi, Sama’, Bashor, Kalam, Samii’an, Bashiiron jeung Mutakalliman.

Anu dua puluh (20) sifat ieu dibagi deui opat (4) bagian nyaeta :
1.    Sifat Nafsiyyah
2.    Sifat Salbiyyah
3.    Sifat Ma’ani
4.    Sifat Ma’nawiyyah
Sifat Nafsiyyah ngabogaan hiji sifat nyaeta Wujud
Sifat Salbiyyah ngabogaan lima sifat nyaeta; Qidam, Baqo’, Mukholafatu lilhawaditsi Qiyamuhu ta’ala binafsihi, Wahdaniyyah.
Sifat Ma’ani ngabogaan tujuh sifat nyaeta ; qudrah, Irodah, ‘Ilmu, Hayah, Sama’, Bashor, Kalam.
Sifat Ma’nawiyah ngabogaan tujuh sifat nyaeta ; Qodiiron, Muriidan, ‘Aliiman, Hayyan, Samii’an, Bashiiron, Mutakalliman

Senin, 16 Januari 2012

Mohammad Toha, Pahlawan Bandung Selatan

Urang Bandung pada arapal, terminal, Kebon Kalapa, mun teu salah awal taun 70-an tadina terminal Mohammad Toha, diganti jadi terminal Abdul Muis.Jalan nu ti jalan Pungkur nepi ka Bypas Soekarno-Hatta, disebut jalan Mohammad Toha, aya pasar tukangeun ITC Kebon Kalapa, ngaranna pasar Mohamad Toha. Malah aya SD ngarana SD Mohammad Toha. Saha ari Mohammad Toha teh? Rada hese neangan jalma nu apal kana raratanana, galur bajuangna, komo kana riwayat hirupna,Mohammad Toha. Ukur tatalepa tina cenah kana cenah nu jolna ti kolot, nu kungsi milu jadi pajuang angkatan 45. Mang Didi, nu disarebut Abah hiji kolot nu legok tapak genteng kadek, lega ambahan pangalamanana, malah kungsi jadi pajuang 45, milu ngarebut kamerdekaan Indonesia.
Ngalaman perang jeung tentara Inggris Ghurka, tentara Jepang, malah jeung tentara Walanda KNIL., tentara Walanda APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) pingpinan Kapten Westerling. Sakur bangsa deungeun nu hayang ngajajah Indonesia, arasup ka dayeuh Bandung. Dilalawan ku organisasi-organisasi pamuda pajuang, BKR (Badan Keamanan Rakyat, nu engkena jadi TNI )-.kungsi ngadongengkeun perjuangan Mohammad Toha. Inget-inget poho, pokna, kieu cenah:
Di hiji gedong di jalan Tamblong, nu ayeuna dijieun museum Mandala Wangsit Siliwangi, mun teu salah harita antara taun 1945-1946, dipake markas tentara Walanda. Maranehna mutuskeun dina hiji rapat komando, yen Bandung Selatan, kudu diratakeun jeung taneuh. Tegesna diancurkeun. Boh ku tentara udara atawa ku tentara darat Walanda. Sababna, aya saurang tentara Walanda nu ditembak di Ciateul. Hasil gawe panalungtikan PID (Intel) tantara Walanda, kapanggih nu nembak na teh, salahsahiji organisasi pejuang ti Bandung Kidul (Selatan).
Nya ditangtukeun, poe Jumaah, bakal diayakeun serangan gede, rek ngancurkeun Bandung Kidul ( Dayeuhkolot, Majalaya, Ciparay, Banjaran, Soreang, jeung Ciwidey), sabab cenah di daerah-daerah eta, loba dipake panyumputan para pejuang kamerdekaan. Malah aya tentara pajuang wanoja, nu disebut LASWI (Laskar Wanita Indonesia) nu markas pusatna di Ciparay. Ayeuna Laswi teh, dipake ngaran jalan antara parapatan Talagabodas jeung jalan Ahmad Yani. Mapay we eta mah ti mimiti bunderan jalan Elang nepi ka jalan Ahmad Yani. Aya jalan Peta (Pembela Tanah Air), jalan BKR, jalan Pelajar Pejuang, jeung jalan Laswi.

Harita Walanda boga gudang senjata,nu sok disebut gedong peteng, nu ayana di Dayeuhkolot. Sisi jalan ka Bandung, persis sisi kaler Citarum. Sagala bedil jeung mesiu diteundeun di dinya. Ti mimiti pestol, sten, bren, granat, miltaliur, kanon, nepi ka bom. Aya di eta gudang senjata. Ceuk beja bom nu diteundeun di gudang senjata Dayeuhkolot teh, lobana nepi ka 8 megaton. Ku kakuatan bom satengah megaton ge bisa ngancurkeun hiji kota jaman harita.
Najan ukur tina harewos, nu asalna ti jongos (pelayan) tukang masak di markas Walanda, kanyahoan yen nyerang Bandung Kidul teh, rek make senjata jeung mesiu nu aya di gudang senjata Dayeuhkolot. Ieu beja intelejen teh, beunang ku juru sandi pasukan BKR, parat ka BBRI (Barisan Banteng Republik Indonesia), nu dipingpin ku Letnan Mohammad Toha. Najan umur Toha karek salapan welas taun, tapi ku gedena kawani, jeung geus meunangkeun 10 bedil Walanda, tina sabab strategi nyerang nu tepat, manehna dipiserab, dihormat jeung diajenan ku babaturan jeung anakbuahna. Pasukan BBRI teh boga sapuluh regu. Salahsahijina na aya nu disebut regu “istimewa”, nu dipingpin ku Mohammad Ramdan. Antara Toha jeung Ramdan aya hubungan sosobatan nu dalit naker, beunang disebutkeun sobat kentel. Ramdan mah urang Ciparay, imah kolotna di tukangeun pasar Ciparay ayeuna, cenah. Nu beda teh pangawakan eta dua dedengkot BBRI nu pada-pada dipiserab. Toha mah jangkung, rada begang, ngalampanyat (semampai), kasep, pakulitan koneng, teuteup panonna seukeut, tara loba omong. Ramdan mah sabalikna, pendek dedepe ngeusi, sok daek heureuy. Pakulitan hideung santen.

Beja sejen nu katarima ku BBRI, horeng nu maehan tentara Walanda teh, salahsaurang anggota Laswi. Meureun Walanda nu keur jaga, iseng, ngaheureuyan awewe nu dagang gorengan. Padahal eta teh anggota laskar wanita nu keur nyamar, nu boga tugas malingan bedil. Da eta ge tentara Walanda nu paeh teh,bedilna leungit. Toha jeung Ramdan ge sok nyamar jadi tukang cendol, atawa jadi musapir (pengemis), dimana tentara Walanda bongoh, sok dicokot bedil na, atawa pelorna. Naon we nu kaburu. Ngan tara daekeun nyokot barang sejenna, iwal ti pelor jeung bedil. Kalakuan kitu teh, kudu boga kawani nu gede, Sabab mun kapanggih, pasti disiksa nepi ka dipaehan.
Beres salat lohor, di tajug nu aya di Manggahang, Toha ngaharewos ka Ramdan,”
Dan, ”pokna,” Jumaah pageto, wanci subuh, munding bule rek ngamuk. Cenah kakuatanana sabatalion, infantri. Didukung ku opat pesawat . dua rek nerjunkeun pasukan baret hejo, nu dua deui rek ngabom. Nu jadi sasaran utama, nu dianggap daerah kantong, di Bandung kidul.Bisa Ciparay, Soreang, atawa Majalaya”
“Amunisi mah angger ti gedong peteng (gudang senjata) Dayeuhkolot? Moal nu ti Cikoneng?” Tanya Ramdan.
“Enya, jadi taya deui jalan, rencana 1 kudu dilaksanakeun.” Tembal Toha.
Aeh, enya, ari Oha enggeus nepungan aki teh?” Ramdan nanya.
“Pan poe Minggu kamari, kuring karek balik ti Garut, tepung tur sosonoan, jeung sarerea.Ema, adi, paman, aki, nini, malah kungsi dipotret heula, di toko potret si Asiong, nu deukeut statsion tea.Tuluy kana kareta api nepi ka Kadungora, ti dinya leumpang make jalan Cijapati. Nepi ka Majalaya tabuh opat sore.”
“Cenah, adi Oha rek kawin? Lebar euy heug geulis, dicokot batur”. Ramdan heureuy.”Kunaon nya bet embungeun ka kuring?” Ceuk Ramdan deui. Toha ukur imut, teu ngajawab.
“Barudak mah dibejaanana engke we dina waktuna nya?” Ceuk Ramdan.Maksudna anggota reguna moal waka dibejaan rencana Ramdan jeung Toha.Bisi rasiah kaburu bocor.
“Enya, kitu we.”Tembal Toha pondok. Sanggeus duanana garanti baju, make calana pondok, nyorendang samping, mawa jeujeur. Duanana ngadigleu laleumpang ka Citarum, rek nguseup. Barang nepi ge, lung useup teh dialungkeun kana cai. Tapi anehna teu tuluy nagog, ngadagoan disanggut. Lalaunan duanana leumpang ka hilirkeun, nyenyekel jeujeur, nuturkeun useup nu dibawa palid ku cai walungan Citarum. Horeng nu tembong beungeut cai na ngeuyeumbeu, tenang teh, di jerona mah nyedot tarik.

Barang nepi ka hiji tempat, Toha eureun, gog nagog, kawas nu keur nguseup we.Diturutan ku Ramdan. Bari panonna nempo kana beungeut cai, Toha ngomong ngagereyem, “Tuh, Dan. Eta hong caina.” Cenah nuduhkeun ku gado.
“Euh enya,”Ramdan ngajawab pondok.
“Tuh nu di juru tembok, eta munara lampu.Handapeun lampu nu nyorot, aya bedil mesin.” Ceuk Toha deui.
“Eta nu dituruban deklit?” Tembal Ramdan
“Enya. Kabehna aya 3 munara lampu. Yu ah..”Toha ngajak Ramdan mapay walungan balik deui ka girang. Sabab katempo, dina luhur tembok gedong peteng, aya nu ngajuringkang. Meureun tentara Walanda nu keur tugas jaga. Nepi ka lebah sasak beusi, duanana haranjat. Tuluy ngagaredig mapay susukan leutik, jeung galengan sawah, ka lembur Manggahang deui. Ngahaja teu mapay jalan, bisi aya nu nyuriga.
Sadatangna ka tajug nu tadi, lung miceun jeujeur ka kolong, top nyarokot ransel butut, leos we arindit, ka Cangkring-keun. Dur magrib, nyarimpang ka Ciheulang, beres salat Isya, asup ka imah Undang, alahsahiji anggota regu Ramdan nu kacida dipercaya jeung diandelkeun. Tiluan baradami di jero kamar, ting harewos, dicaangan ku lantera. Toha meberkeun keretas, tuluy nyokot patlot gede,beureum bulao, paranti tukang bas, ngagurat papan. Walungan Citarum jeung wangunan gedongpeteng tea digambar. Set set ngaguratkeun tanda panah. Ting harewos, papelong-pelong. Jep taya sora.lantera dibawa ka tengah imah.Toha ngagoler dina samak, sirahna diganjel angel lepet. Ramdan mah jeung Undang ngagoler di tengah imah.Bari ngareukeupan bedil. Horeng bedil Ramdan jeung pestol Toha, disumputkeun di imah Undang, memeh ngaruseup ka Citarum teh. Lain bedil otomatis cara ayeuna, tapi karaben sesa Jepang.
Poe Kemis, di markas BBRI, tembong aya kasibukan, rupa-rupa laku para pajuang.Aya nu meresihan bedil, nu boga bedil mah. Aya nu ngasah pedang. Aya nu meulitkeun lamak beureum dina puhu bamburuncing. Toha jeung sababaraha urang komandan regu,keur baradami dina meja. Jam sawelas kakara rapat bubar. Karasa ku anggota pasukan,aya nu aneh. Pangpangna sikep Toha nu beda ti sasari. Najan lain jalma sombong, tapi irit ngomong. Najan pasemon mah tara robah, ambek ge Toha mah tara kaciri, da teu weleh imut. Harita mah teu kitu, bet wani ngaheureuyan anak buah, malah make jeung menta udud sagala. Pan tara,biasana mah. Da Toha nu sok ngabagi ududeun. Tempo dahar, Toha teu dahar di kamar nu aya di markas, tapi bareng sarila, ngariung, malah wani menta sambel sagala ka Tatang. Beres dalahar, bari ngadagoan waktu lohor, Toha baceo, ngadongengkeun kaayaan kulawargana nu diungsikeun ka Garut.Malah cenah, resep nempo Si Amoy, geulis, anak Si Asiong, tukang potret. Ger saleuseurian. Ah heureuy we poe eta mah, Toha teh. Komo digoongan ku Ramdan nu memang geus nyarahoeun sok heureuy. Atuh beuki ager-ageran, saleuseurian. Si Uso mah make jeung ngengklak, ngigel, dikaleprokan ku baturna, bari tarembang lagu perjuangan:
Cooolenak, kueh dangdeur digulaan,
awas bom batok, awas bom batok,
rebu-rebu budak montok,
leumpangna dicentok-centok,
sieun nincak taikotok,

hallow hallow Bandung,
ibukota periyangan,
hallow hallow Bandung,
kota kenang-kenangan
sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
sekarang telah menjadi lautan api
mari bung rebut kembali,
cooolenak…prok prok prok..

Oh beginilah nasibnya soldadu
Diosol-osol dan diadu-adu
Tapi biar tidak apa asal untuk Indonesia
Pasukan Siliwangi
Saeutik ge mahi….prok prok prok
Tapi taya saurang anggota laskar BBRI nu wani nanyakeun, naon sababna sikep Toha kitu. Aratoh we, da memang pada harayang gaul deukeut jeung Toha mah.
Kira tabuh lima sore, Toha ngayakeun briefing(mere instruksi jeung informasi penting), jeung kabeh komandan regu. Tuluy, ngajelaskeun rencana strategi partahanan, pikeun nyanghareupan serangan musuh, dina isuk subuh.
“Jadi, peuting ieu sarerea kudu sare, kajaba nu tugas jaga. Jam 3 janari, kudu nempatkeun diri dina pos sewang-sewangan, nu engke ditangtukeun ku komandan regu.Merdeka!” Ceuk Toha nutup intruksina, bari ngacungkeun leungeun nu dipeureupkeun. Nu dijawab ku sarerea dina sumanget nu ngagedur,”Merdeka!” cenah. Bubar weh.

Tengah peuting, basa kabeh angota laskar, sarare, Toha jeung Ramdan, katut reguna, aya 10 jalma kaasup Undang, rerencepan, ngalolos ti markas, mapay susukan, motong jalan ka pasawahan, kabeneran poek bulan. Unggal aya kingkilaban, maranehna gancang caringogo,nyumput handapeun tangkal Cau, Hiris, atawa Kihujan. Lebah sasak beusi Dayeuhkolot, meuntas jalan, tuluy tuturubun ka sisi Citarum. Toha ngingkig tiheula. Kira 100 meter, dituturkeun ku Ramdan jeung regu na.Leumpang ngeteyep bari mopoek, teu kadenge sora sakecet. Iwal ti sora angin jeung cai nu ngagulidag. Nepi ka tempat nu geus dicirian dina gambar, di imah Undang tea, pasukan ngarandeg. Ramdan masang steling. Anak buahna ditempatkeun duaan-duaan. Aya nu dina gawir, sisi cai, handapeun Kirinyuh, jeung sajabana. Instruksi teumeunang udud.Sabab buricak seuneu bisi katangen ku musuh
Sajongjongan jempe taya sora jalma kadenge, nu carindekul nyarumput, dibulen ku simpena peuting. Barang kadenge aya sora manuk Sit Uncuing, kode ti Toha ka Ramdan, harita Ramdan mere kode ku sora manuk Tikukur. Hartina nu aya dina gawir, kudu mimiti nembak, ka munara lampu sorot. Ngadenge tembakan sakali, jol bray wae lampu sorot teh caang ditutukeun ku berebetna sora miltaliur. Gorowok saurang anak buah Ramdan ngagoak, katembak lebah dadana, jungkel gejebur ragrag ka Citarum. Sabot keur ragot silih tembak, Toha ngojay nyerong, meuntas Citarum, tuluy asup kana hong cai, nu gedena sagede beuteung munding.Perhitungan Toha teu salah, tungtung hong teh nyambung ka kamar mandi, Walanda di jero markas.Najan bari barau, tur hese beleke, ahirna Toha bisa, asup ka kamar mandi. Ti dinya, neangan rohang paneundeunan bom.Nu cenah handapeun taneuh. Teu burung kapanggih. Barang Toha ngadeukeutan panto beusina, kadenge ngedepruk sora sapatu nu jaga. Taya panyumputan, kapaksa asup kana dreum wadah runtah. Ana gajlok teh tina jero dreum aya nu luncat kaluar, teu wudu Toha ngagebeg. Horeng ucing. Ngadenge turub dreum ngagulupruk, tentara Walanda nu ngontrol, nyampeurkeun. Kadenge sora ucing uang-eong. Tentara Walanda teh, teu tulus nyampeurkeun, ukur ngomong “ Ow..” geus weh, manehna balik deui. Sabot kitu di luar nu bertempur teu saimbang ragot keneh.Ramdan katembak. Manehna sempet keneh, nyoehkeun bajuna nu bodas kolot. Tuluy nulis ku getih. Sok dibikeun ka Undang, sina dianteurkeun ka lanceukna. Undang geus narima baju pinuh getih, ngabelecet, lumpat, tapi teu burung manehna ge katembak, nepi ka leungeunna sabeulah semplak. Sadatangna ka Ciheulang, cenah Undang kapidara. Tapi baju nu aya aksara getih Ramdan mah, teu burung nepi ka lanceuk Ramdan. Beres mikeun baju, tea, Undang ngagolepak, gugur.
Sanggeus tentara Walanda nu ngontrol ngaleos, Toha gura-giru bari tartib, nyampeurkeun deui panto paneundeunan bom. Harita ti jero aya saurang tentara Walanda nu rek bijil. Teu antaparah deui, gabrug ku Toha dirontok, ger galungan. Kabeneran najan
Walanda teh jangkung gede, ku Toha bisa dihompet, dipiting. Sret nyabut pestol, peletok sirah Walanda teh ditakol ku gagang pestol, kulahek, rumpuyuk we kapaehan. Geuwat Toha ngodokan saku tantara Walanda, neangan konci. Geus beunang, bray panto dibuka. Trek dikonci ti jero. Barang bus ge kareret, di jero gudang teh, bom ngajajar neundeuna ditumpuk, lobana teu kaitung. Kacaangan ku lampu listrik nu teu pati mabra. Toha ngahuleng, terus ngangkat dua leungeunna, ngadu’a,ka Mahasuci, menta dihampura ka indung, ahirna satengah ngajorowok, nitah neruskeun perjuangan ka babaturanana. Tah basa Toha keur ngadu’a di jero gudang bom, tentara Walanda nu tadi kapaehan teh, inget, hudang, ngadenge di jero aya sora kawas nu keur ngadu’a, manehna ngagebrug-gebrug panto rek muka. Tapi pageuh. Belenyeng we manehna lumpat rek lapor ka komandanna. Tapi teu kaburu. Sabab Toha nyabut pin (konci) granat, terus dibaledogkeun kana tumpukan bom.Geleger..sora bom bitu handaruan, malah eundeur-handaruan geleger sorana kadenge nepi ka Patengang. Eta kajadian dina malem Jumaah. Gedongpeteng teh salin jinis jadi talaga, sabab Citarum asup, kana legok urut bituna bom. Atuh lapur, Walanda teh teu tulus ngancurkeun Bandung Kidul, sabab kabeh parabot perang senjata jeung amunisi, malah puluhan tentara Walanda nu aya di dinya, ancur. Kasawang kuma rajetna awak Mohamad Toha. Boa jadi cai. Matak dina tugu nu bareto mah diadegkeun di tengah talaga(ayeuna mah geus disaeuran, sawareh dijieun lahan kantor jeung markas Kujang seksi Zeni Tempur,( Zipur). Aya tulisan: Di sini Toha dan kawan-kawan beristirahat. Aya deui patung Toha, nu diadegkeun,dina lahan nu ayeuna dipake terminal Dayeuhkolot. Hanjakal teu dipiara. Sakuriling patung loba runtah. Kitu tah Jang lalakon Pahlawan Toha mah, “Ceuk Si Abah Didi. “Teuing da paroho deui,”Cenah.
Najan ayeuna Pahlawan Toha meh taya nu ngajenan, malah aya nu nyebut , sagala. Tapi Abah mah tetep reueus, jeung hormat ka anjeuna. Da Pahlawan Toha mah, pakokolot supa atuh jeung abah, kolot anjeuna beda 3 taunan.”Pokna.”Atuda ku hebat-hebatna bitu eta gedongpeteng, mobil jip jeung tankwaja Walanda nu aya di jalan ge, caroplok ban na teh.Lini na karasa inggeung nepi ka Cicalengka.” Ceuk Bah Didi mungkas wangkonganana.Ngagambarkeun yen Moh.Toha Pahlawan nu gede wawanen.
Karek inget, jadieu na keun aya seniman moyan nu ngarang lagu mieling Moh. Toha,Duka Kang Wahyu Wibisana, Nano S. atawa Deddy Windyagiri, poho. Mun teu salah rumpakana kieu:
Getih suci nyiram bumi
Tulang setra mulang lemah
Babakti nyungkem Pertiwi
Cikal bugang putra bangsa
Reff;
Nyatana Pahlawan Toha
Pahlawan Bandung Selatan
Patriot ti Dayeuhkolot
Tugu diwangun ngajadi cirri
Tarate nu mangkak ligar di empang
Jadi ciri gugurna pahlawan Toha.
(Diropea ku Asid. tina hasil wawancara jeung palaku sajarah (lanceuk Moh. Ramdan) Lurah Hormat, di Ciparay, tgl. 19 Nopember 1983, dina raraga panalungtikan Sundanologi).
  • http://i120.photobucket.com/
  • http://www.gimonca.com/
  • http://foto-foto.com/
  • http://img81.imageshack.us/i
  • http://upload.wikimedia.org/

Kiansantang Ngalangkangan

Catetan Ike Tasrika, S.Pd (Redaktur Salaka)
Panganteur
Sanaos  simkuring sanes filolog tapi aya kereteg hoyong tiasa ngabandingkeun naskah,utamana naskah kuno atanapi carita babad, carita sajarah jsb. Sanaos tacan tiasa nangtoskeun mana nu asli sareng sanesna, sahenteuna, janten apal kana sawarnaning versi ngalankungan indikator variable nu nyampak dina unggal naskah. Pan ari naskah unikum mah ( hiji-hijina) rada sesah milari variable nu benten. Bari kitu, tetep cekeldeleg kana papagon ka-sajarah-an, yen sajarah teh mangrupi rekaman kajantenan nu puguh kasangtukangna (boh tempat atawa waktu), puguh salang-surupna, puguh untuyan-sungapanana, sareng objektif/realistis.
Da tokoh sajarah mah sanes tokoh fiktif nu tiasa diarula-arileu, dilelempeng, dibebener sangkan dugi kana maksad nu ngarekamna. Tapi kajantenan saujratna. Dina ngajegkeun eta perkara, taya kajaba iwal kedah taliti , ati-ati, bari apik tur nyanghulu kana patokan.
Teukinten bingah sareng reueusna, waktos nampi buku ipis (16 kaca) nu judulna “Sejarah Sunan Rohmat Suci Godog Garut” (saterasna disebat SSRS) yasana pa Kusnadi, nu medal bulan Maret taun 1996, di Garut. Inyana saurang inohong kabudayaan nu kaleresan nyepeng kalungguhan penilik kebudayaan di Kabupaten Garut. Kusnadi dina nyusun seratanana teu samarangan, tapi winangun team work. Sae pisan, sabab moal aya seratan sanes ngeunaan Sajarah Godog nu benten versi. Lebah dieu, syarat apik, tos katedunan ku Kusnadi. Katawis Kusnadi nu PNS, nu abdi nagara tur abdi masrakat, ngaladenan masyrakat ku cara nyerat buku. Leupas tina kaahengan eusi naskahna (Sayyidina Ali nu tos pupus ratusan taun, didohirkeun), kuring nyobian masihan babandingan, bari teu ngirangan rasa hormat ka Kusnadi (sanes ngiritik, sumawonan ngaduan, ampun paralun) nu insya Alloh mo leupas tina ajen objektifitas. Saparantoss maca buku SSRS kuring emut, kantos maca Purwaka Caruban Nagari (PCN), sareng Nagara Kertabhumi (NK)hiji rekaman beunang karuhun Sunda nu tos nganggo metode sareng sistematika ka-sajarah-an,boa karuhun mah teu eungeuheun yen cara kitu teh ilmiah. Katangen aya sababaraha veriabel nu rada benten. Supados kantenan pereleanana, urang bandingkeun ngajojoan kaca bae.
Dina SSRS kaca 2 aya subjudul SILSILAH:

Bandingkeun sareng Silsilah Raja-raja Pajajaran nu aya dina Nagara Krtabhumi (NK) dina kaca 3.
Dina NK Bagian VII kaca 36: RAJA-RAJA PAKUAN PAJAJARAN:

Katerangan:
Dina SSRS Raja Pajajaran sungapanana teu disebutkeun. Turunanana Prabu Lingga Raja Kencana. Turunan Prabu Lingga Raja Kencana, nya eta Wastu Kancana, turun ka Prabu Siliwangi, turun ka Prabu Kiansantang, Dewi Rarasantang, sareng Walangsungsang. Janten Wastukancana teh rama Prabu Siliwangi.
Dina NK, Raja munggaran Pajajaran teh Ragamulya saderek misan wangsatunggal. Ragamulya eyang Wastukancana. (teu kapendak aya jenengan Lingga Raja Kencana), Sri Baduga/Siliwangi putu Wastukancana . Turunan Prabu Siliwangi ti Kentring Manik Mayang Sunda (jaranten raja di karaton Pajajaran), taya putrana nu jenengan Kiansantang.
Dina PCN : Jayadewata alias Prabu Dewatasrana alias Sri Baduga Maharaja, alias Prabu Siliwangi, nikah deui ka Subanglarang kagungan putra 3, nu cikal Cakrabuana alias Walangsungsang, ka dua Rarasantang, nu bungsu Jakasengara (Syeh Abdulah Iman). Dina PCN ge taya putra Siliwangi nu kasebat jenengan Kiansantang.
Dina NK, Jayadewata putra Ningratkanana, diistrenan jadi raja di Galuh (1482) Gelar nobatna Dewatasrana, dina taun eta keneh diistrenan deui di Sunda, gelar nobatna Sri Baduga. Ti rama kagungan warisan tahta di Galuh, ti mertua (Prabu Susuk Tunggal) kagungan warisan tahta di Sunda.
Dina SSRS, kaca 3, Prabu Kiansantang atawa Syeh Sunan Rohmat Suci putra Prabu Siliwangi ti Dewi Kumala Wangi.
Dina NK, Jayadewata/Siliwangi, nikah ngawitan ka Nhay Rambut Kasih/Ambet Kasih, putra Ki Gedeng Sindangkasih (paman anjeuna). Teu kagungan putra. Nikah deui ka Nhay Subanglarang, putra Ki Gedeng Tapa (pamanna keneh), kagungan putra 3; Cakrabuana/Walangsungsang, Rarasantang, Jakasangara.(akur jeung PCN). Nikah deui ka Nhay Kentring Manik Mayang Sunda, putra Prabu Susuk Tunggal, kagungan putra Surawisesa Jayaperkosa. Nikah deui ka Nhay Lenggang Pakuan, rayi Amuk Murugul ti karaton Japura,teu kasebat kagungan putra. Janten istri Prabu Siliwangi teh 4 (Nhay Rambut Kasih, Nhay Subanglarang, Nhay Kentring Manik Mayang Sunda, Nhay Lenggang Pakuan) teu kasebat istri Siliwangi nu jenengan Kumala Wangi (putra saha? Ti karajaan mana?)
Dina SSRS,Prabu Kiansantang lahir taun 1315 M.
Dina NK, Bagian ka VI kaca 33 subjudul Pasunda Bubat, disebatkeun; Prabu Maharaja Linggabuana, ti Dewi Rara Lingsig kagungan putra 4. Nu cikal Dyah Pitaloka Citraresmi, lahir taun 1339 M, nu kadua jeung nu ka tilu pupus, nu ka 4 /bungsu lahir taun 1348 M nya eta Niskala Wastu Kancana. Jadi antara Kiansantang jeung Wastukancana teh sajaman, lahirna beda 33 taun. Kiasantang tos yuswa 33 taun, Wastukancana nembe dilahirkeun. Dina SSRS Kiansantang ka Mekah taun 1348 M, dina mangsa eta Wastukancana dilahirkeun. Dina NK, Pasunda Bubat (Perang Bubat), kajantenan dina taun 1357 M. Wastukancana nembe 9 taun, teu ngiring ka Bubat, dititipkeun ka pamanna (Bunisora Suradipati), yuswa Kiansantang harita tos 33 taun , janten Kiansantang mah pasti uningaeun kana kajantenan perang Bubat. Siliwangi tetebiheun keneh kana lahir. Padahal Wastukancana dina SSRS rama Prabu Siliwangi, dina NK mah eyang Prabu Siliwangi. Dina SSRS Prabu Siliwangi teh rama Kiansantang.
Dina SSRS; taun 1337 Prabu Kiansantang diangkat janten dalem Bogor. Dina NK, karaton Sri Bhima Punta Narayana Mandura Suradipati Pakuan Pajajaran, di puseur dayeuh karajaan Sunda (daerah Batutulis Bogor ayeuna, direhab taun 1333 M. Kecap Bogor tacan aya. Jadi daerahna tacan aya, Kiansantang mah tos janten dalem? Istilah/kalungguhan dalem, lumaku di Sunda, ngawitan abad ka 17, sabada tatar Sunda di kawasa ku Sultan Agung Mataram. Di ` Sunda taya istilah dalem, aya oge prabu anom/raja daerah disebatna yuwaraja (NK). Istilah dalem,bupati eta konsep pamarentahan Mataram Islam. Sapertos sawah, di Sunda ngawitan aya sawah abad ka 17 (1630) di Karawang. Sateuacana mah melak pare teh di tegal/pasir/disebat huma. Julukan kota BOGOR, mangrupi kalepatan ilat/nyebat tina basa Walanda BUITENZORG, analog sapertos OH DAT DING janten Odading, Houz dat janten hordah, frend janten pring. Atanapi reust bank, janten risbang.
Dina SSRS,Prabu Munding Kawati, putra Prabu Susuk Tunggal, diserenan tongkat pusaka karajaan sakatenan diistrenan janten panglima besar Pajajaran. Eta kajantenan diserat dina batu (batutulis), ku Prabu Susuk Tunggal
Dina NK, Munding Kawati putra Wangsatungal (saderek misan Ragamulya) tingali silsilah. Yuswa Munding Kawati, pakokolot supa sareng Wastukancana (rama Susuk Tunggal).
Dina naskah Aki Baju Rambeng, rintisan penelusuran masa silam, asal mula Pelabuhan Ratu (Anis Jati Sunda,1980) panglima Pajajaran jenengan RAKEAN KALANG SUNDA. Nu ngaping Dewi Purnamasari sareng carogena RAKEAN KUMBANG BAGUS SETRA ngalolos ti karaton, waktos digempur ku pasukan Islam. Malih males pati ka Syeh Al Kowana (tilas mantri Majeuti/Sekneg Pajajaran,nu lebet Islam, nu ngudag-ngudag Dewi Purnamasari).
Dina NK eusi/harti tulisan dina batu di Batutulis Bogor, mung 9 baris:
"wwang na pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya dingaran prebu guru dewata prana,diwastu diya dingaran sri baduga maharaja, ratu haji di pakwan pajajaran sri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diya anak rahyang dewaniskala sa(ng) sidamokta di gunatiga i(n)cu rahyang niskala wastuka(n)cana sa(ng) sidamokta ka nusa larang, ya siya nu nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyansamida, nyiyan sanghyang talaga rena mahawijaya, ya siya pun++ I saka, panca pandawa e(m)ban bumi"
Tarjamahna:
Muga salamet, ieu tanda peringetan keur prabu ratu suwargi, nu dinobatkeun make gelar prabu guru dewataprana; dinobatkeun deui make gelar Sri baduga maharaja,ratu ngawasa di pajajaran,Sri sang ratu dewata. Dia Anak rahyang dewa niskala nu pupus di gunatiga,incu rahyang Niskala wastu kancana nu pupus di Nusalarang.
Inyana nu nyieun tanda peringetan mangrupa gugunungan, ngabalay jalan ku batu, nyieun leuweung Samida, nyieun talaga rena mahawijaya, ya dia (nu nyieun eta kabeh). Ditulis dina taun saka lima pandawa ngasuh bumi (1455+78 taun = 1533 M).Janten seratan dina batutulis dipidamel sabada Prabu Siliwangi pupus (1521 M). Margi disebatkeun ;..sakakala, prebu ratu purane diwastu diya ngaran………..sri baduga maharaja…. =…. Peringetan, ka prebu ratu purane (nu tos pupus). Nu jenengan……..sri baduga maharaja…
Jadi nurutkeun eusi/harti tulisan dina batu tulis Bogor teh, mangrupi peringetan Sri Baduga/Prabu Siliwangi nu pupus tur raja manten di Sunda, di karaton Pajajaran. Dina NK jenengan karaton karajaan Sunda teh SRI BHIMA PUNTA NARAYANA MANDURA SURADIPATI PAKWAN PAJAJARAN. Eusi tulisan batutulis sanes peringetan ngajenengkeun Munding Kawati nu diserenan tongkat pusaka janten panglima besar Pajajaran.
Babandingan prase PRABU, nu disebut/ nu kagungan gelar kalungguhan PRABU, biasana raja (non-muslim.) Sabab PRABU tina asal kecap PER-ABU-AN, hartina sanggeus pupus jasadna di-perabu-keun alias diduruk. Jasad PRABU SILIWANGI ge diduruk, mung rada aneh. Didurukna teh sabada 12 taun dikubur. Janten Siliwangi mah jasadna dikubur heula, nembe diduruk. Raja-raja sanesna, pupus langsung diduruk. Lebu PRABU SILIWANGI disimpen dina kendi di gugunungan/pasir Badigul di daerah Rancamaya 7 km, kiduleun kota Bogor ayeuna. Di sisi tilas Talaga Rena Mahawijaya (nu tos jadi sawah, kiwari jadi perumahan Rancamaya Indah). Pangna jasad Siliwangi dikubur, tangtos aya pangaruh Islam. Duka upami waktos nikah ka Nhay Subanglarang, harita Siliwangi ngaos sahadat, margi sanaos kengengna Nhay Subanglarang teh ngalangkungan saembara, apan Subanglarang mah murid Syeh Quro ti Karawang. Janten sidik pisan Subanglarang mah tos Islam. Dupi Syeh Quro teh salasawios tentara Cina nu sumping ka Semarang, dicandak ku panglima Cheng Ho nu tos Islam, dina jaman Wastukancana. Malih salasawios rayi sabrayna Wastukancana, lebet Islam nu disebat Haji Purwa Galuh. Muslim munggaran di tatar Sunda. Rupina kaislaman Siliwangi disamunikeun, margi harita rahayat sareng gegeden Sunda masih keneh ngagem agama Sanghyang. Anu nyembahna ka Sang Rumuhun, sareng Sunan Ambu, sanes ka dewa atanapi ka Sidharta Ghotama.
Dina SSRS kaca 9, Prabu Kiansantang mulih ti Mekah, sabada 7 taun ngamukim, dina taun 1362 M. Harita di puseur dayeuh karajaan Sunda di dialihkeun ka karaton Kawali, nu janten raja, paman Wastukancana, nya eta Mangkubumi Bunisora Suradipati, nyuluran Wastukancana nu burey keneh, Bunisora kagungan gelar Prabu Batara Guru Pangadiparamarta Janadewabrata, disebat oge Batara Guru Jampang, disebat oge Sang Kuda Lalean. Marentah salami 14 taun (1357 – 1371 M).Jadi upami mulih ti Mekah Prabu Kiansantang nepangan tur ngajak lebet Islam ka Prabu Siliwangi, ramana, rada aneh, margi Prabu Siliwangi tacan lahir ka dunya.
Babandingan gelar/prase WANGI. Dina NK, nu nganggo gelar atanapi sebutan WANGI mung 3 urang. Nu ka hiji, Prabu Maharaja Linggabuana, nu gugur di palagan Bubat taun 1357 M, jenengan sang Prabu raja Sunda, seungit nyambuang sa-Nusantara, sabab ku kajantenan Bubat, sadaya raja d Nusantara,ngamerdekakeun diri tina kakawasaan Majapahit, teu panuju kana kalakuan Patih Gajahmada. Sang Prabu Raja Sunda kawentar disebat PRABU WANGI. Nu kadua Prabu Niskala Wastukancana, putra bungsu Prabu Wangi, sabab kalakuan, sifat sareng pribadi Wastukancana sadidinten, nyeples Prabu Wangi, ramana. Ahli satmata (teu condong kana kakayaan dunya, merhatikeun rahayat, ngutamakeun kasajahtraan rahayat),Wastukancana disebast PRABU WANGI SUTA (Putra Prabu Wangi). Nu katilu, Jayadewata/Prabu Dewatasrana/Sri Baduga Maharaja, dina nyakrawati bahudenda ngaheuyeuk dayeuh-ngolah nagara, sikep sareng pasipatan pribadina, sapertos Prabu Wangi Suta, malah inyana ngahijikeun deui wewengkon Sunda jeung Galuh, ngalihhkeun deui puseur dayeuh Sunda ti Karaton Kawali ka Pakwan Pajajaran, eta margina, Sri Baduga disebat PRABU SILIWANGI, tegesna Gegentos Prabu Wangi Suta.
Dina SSRS kaca 11,12, Prabu Siliwangi saperti nu “disupata” Kiansantang, ngadadak janten meong. Malah Siliwangi kabur ka daerah Garut pedah alim diislamkeun.
Dina NK, Taun 1821 saurang sersan VOC nu ngaran Scipio, ti Benteng Kalapa, nalungtik tilas karaton Pajajaran, inyana datang ka wewengkon Batutulis-Bogor, ka suku gunung Salak. Ku urang kampung di dinya( tadina urang Sumedang), dianteur, ka leuweung wewengkon tilas karaton. Dina urut lawang saketeng (pintu gerbang) aya meong sababara hiji. Tuluy dina tilas karaton, malah dina batu pangcalikan raja, dina tilas sinewaka paseban, aya 2 meong badag. Marulang tina nempo kanyataan kitu, ti harita jalma sakampung eta, yakin yen raja katut ponggawa karaton Pajajaan jaranten meong.
Upami Siliwangi dugi ka kabur ti karaton, tangtos aya kajantenan sapertos “paksaan” atanapi sapertos “intimidasi” ti Kiansantang. Rada aneh komo Kiansantang karek mulang ti Mekah. Apan taya paksaan dina Islam mah, da tos jelas mana nu lepat/batil mana nu leres/haq ( Laa ikro khafiddin khodtabayyanurrusdu minal khoiyyi).
Dina SSRS kaca 13, disebutkeun yen tilas Istana Pajajaran teh, kebon raya Bogor ayeuna. Tapi upami maca Sajarah Bogor, eta kebon raya teh dijieun ku Gubernur Jendral Raffles. Taun 1800-an. Keur panalungtikan Botani (tutuwuhan).
Dina SSRS Taun 1400 M Kiansantang diangkat jadi raja di Pajajaran ngaganti Prabu Munding Kawati (Anapaken I).
Dina NK, Prabu Wastukanca , rama Siliwangi (SSRS), Dina NK,aki Prabu Siliwangi , marentah taun 1371 – 1475 M.di karaton Kawali, puseur dayeuh karajaan Sunda. Jadi taun 1400 tacan aya karajaan Pajajaran. Siliwangi diistrenan jadi raja Sunda di Pajajaran taun 1482 M. Sateuacanna tos janten Yuwaraja. Upami Kiansantang diistrenan jadi raja taun 1400, panginten payun keneh Kiansantang janten rajana batan Siliwangi. (Emut,Pajajaran jenengan karaton, tina Sri Bhima Punta Narayana Mandura Suradipati Pakwan Pajajaran, sanes jenengan karajaan).
Dina SSRS kaca 15, Kiansantang wafat taun 1419 M. Sakumaha disebat di luhur, antara taun 1371 dugi ka 1475 karajaan diparentah ku Wastukancana. Upami kitu wafatna Kiansantang teh, nuju Wastukancana jadi raja. Dumasar fakta SSRS Kiansantang wafatna dina umur 104 taun pan lahir taun 1315 M. Wastukancana marentah salami 104 taun.
Dina NK, Dewa Niskala, putra kadua Wastukacana jadi raja di Galuh/Kawali/karaton Surawisesa ngan 7 taun, tahta diapasrahkeun ka Jayadewata/Siliwangi taun 1482. Pangna kitu Dewa Niskala di makzul, sabab ngawin rara hulanjar, istri nu gungsi ti Majapahit. Harita Siliwangi geus jadi raja di Pajajaran warisan mertua , Prabu Susuk Tunggal. Jadi dina taun 1482 Susuk Tunggal jeung Dewa Niskala sataun reujeung bareng ngecagkeun kalunguhan raja. Harita Dewa Niskala ampir digempur ku Susuk Tungagal(lanceuk beda indung), sabab sanggeus kajadian perang Bubat,raja di Sunda teu meunang kawin ka urang Majapahit.Najan Hayam wuruk geus 3 kali menta dhampura ka Sunda nu ditarima ku Prabu Bunisora Suradipati. Jadi sabenerna peristiwa Bubat geus anggeus, geus beres, geus damai. Pan sangeus kajadian Bubat, Patih Gajahmada diusir ku Hayamwuruk. Hayangwuruk nganggap Patih Gajahmada ngarempak sumpah Rd. Wijaya, ka Prabu Darmasiksa, akina, di karaton Surawisesa,nu moal wani-wani ngaganggu bhumi Sunda. Rd. Wijaya nu ngadegkeun Majapahit teh, incu Prabu Darmasiksa, raja Sunda.Tingali Silsilah dina NK bagian IV kaca 28, ieu di handap;
RAJA-RAJA SUNDA SABADA SRI JAYABHUPATI

Upami sumender kana data rekaman untuyan runutna-sungapan silsilah sareng taun kajantenan dina SSRS, panginten SSRS tiasa dikatagorikeun kana babad, sanes sajarah. Sanaos babad tiasa dijantenkeun sumber sajarah. Katawis aya variable nu benten, rada pamohalan. Namung carios Kiansantang teu tiasa dipupus kitu wae, angger ngalangkangan sajarah, da rupina tos ngurat-ngakar di masrakat Sunda, janten asset kakayaan budaya.Cag.
Daftar bacaan:
  1. Anis, Jatisunda, Asal-usul Pelabuhan Ratu, Makalah Rintisan penelusuran masa silam,1984, Bandung
  2. Carbon, Pangeran, Purwaka Caruban Nagari ,1982, Bandung
  3. Kusnadi, Sejarah Sunan Rohmat Suci Godog Garut, 1996, Garut
  4. Wangsakerta, Pangeran, Nagara Krta Bhumi, Sejarah Jawa Barat Rintisan penelusuran masa silam Sarga I – VI, 1983-1984, Bandung